JAKARTA – Ketidakmampuan Indonesia menguasai teknologi informasi (TI)  membuat Indonesia rentan kebocoran rahasia negara. Apalagi, banyak  operator seluler dan internet di Indonesia berpusat di Singapura dan  Malaysia.
"Kita memang sudah ketinggalan dalam hal kemajuan dan penguasaan  teknologi untuk berbagai aspek, utamanya di sektor TI. Kekhawatiran ini  terus memuncak, apalagi banyak operator seluler dan internet kita memang  dikendalikan dari dua negara itu," ujar anggota Komisi I DPR RI,  Paskalis Kossay, tadi malam.
Mantan wakil ketua DPRD Papua ini juga mengakui, banyak pihak yang  sepertinya belum menyadari urgennya menguasai TI, terutama terkait  dengan urusan rahasia negara maupun bisnis bernilai miliaran dolar.
"Saya kaget juga dengan info dari sebuah diskusi di Jakarta, bahwa  seorang pakar IT yang alumni sebuah perguruan tinggi ternama di  Indonesia mengungkapkan bahwa RI benar-benar semakin didikte Singapura  dan Malaysia dalam hal telekomunikasi di samping perbankan," ungkapnya.
Sebagaimana berkembang dalam diskusi terbatas itu, khusus dalam soal IT,  Indonesia hanya jadi ladang empuk mengais dolar dan ringgit oleh dua  negeri jiran tersebut. Ini karena semua operator seluler dan internet  berbasis di dua negeri jiran ini.
Akibatnya, tiap "voucher" pulsa apa saja, juga setiap kali satu WNI buka  internet (browse), langsung kena "charge" yang terhisap otomatis ke  sana. "Artinya, mereka gemuk oleh kebodohan kita. Satu hal lagi, dengan  keadaan seperti sekarang, maka informasi apa pun termasuk rahasia negara  jadi telanjang di mata negeri 'peanut' Singapura," ujar Benni T.B.N.,  pakar IT yang menjadi salah satu pembicara dalam diskusi tersebut.
Benny kemudian mengungkapkan pula, saat ini nyatanya lalu lintas jaring  optik dikendalikan oleh "traffic administrator" di Singapura. "Karenanya  semua jaringan internet dan seluler harus ditarik atau 'dipaksa'  melewati 'persimpulan utama' di kota itu. Makanya, apalagi 'rahasia  negara' yang tak mereka tahu? Sialnya lagi, satelit Indosat (dulu  Palapa) jadi mayoritas milik Temasek (sebuah BUMN Singapura)," ungkapnya  lagi. 
Akibatnya, lanjut dia, selain kita jadi seperti 'telanjang' dalam  informasi apa pun, juga RI cuma berfungsi sebagai pelanggan seluler.  "Posisi ini jauh di bawah fungsi distributor seluler. Jadi, kita cuma  'outlet', tukang jual produk IT mereka. Dan yang jelas, banyak  perusahaan provider kita cuma nama doang perusahaannya itu milik RI  dengan mayoritas saham dikuasai mereka," ujarnya.














0 Comment:
Posting Komentar